Kamis, 25 Juni 2009

teu puguh

teu puguh naon nu rek ditulis ieu teh

Jumat, 01 Agustus 2008

Anakku dan Laptop

sudah lama aku ingin memiliki sebuah note book baru. untuk itu aku berusaha menabung sedikit demi sedikit. namun, setelah sekian lama menabung, tabunganku ga cukup-cukup. setiap menabung selalu saja ada alasan untuk mengambilnya. untuk memenuhi kekurangan dana buat tuku laptop. Suatu hari, aku punya ide untuk meminjam uang tabungan anakku (di TK ia menabung setiap hari, jadi akhir tahun tabungannya lumayan lah). Aku bilang -dalam rangka merayu- ke anakku, "Yank, ayah mau beli laptop, tapi uangnya kurang. boleh ga ayah pinjam uang Yayank sedikit. Nanti, komputer ayah yang ini buat Yayank, buat main game". aku kira rayuanku maut. tapi ternyata tidak. Anakku menjawab, "ga bisa, Yah. Enaknya komputer tetap buat Ayah, laptop buat Yayang. Kalau ayah perlu, bolehlah deh Ayah pinjam."

Jumat, 15 Februari 2008

METODE MEMAHAMI KISAH-KISAH DALAM AL-QUR`AN

1. Pendahuluan

Tulisan ini merupakan rangkuman dari buku Muhammad Khalfallah yang berjudul Al-Qur`an Bukan Kitab Sejarah. Ide pokok buku ini berbicara tentang cara menafsirkan kisah-kisah dalam al-Qur`an. Khalfallah memandang bahwa pembacaan historis atas kisah dalam al-Qur`an menyalahi tujuan dari penceritaan al-Qur`an. Kisah-kisah dalam al-Qur`an menurutnya harus dibaca dengan cara pembacaan atas cerita bukan berita. Perbedaan pembacaan cerita dengan pembacaan berita terletak pada: cerita tidak perlu ditelusuri bukti historisnya, sedangkan berita memerlukan pembuktian secara historis. Semacam tafsir ilmiah.

2. Kisah dalam Perspektif Sastra

2.1. Definisi Kisah.

Kisah adalah sebuah karya sastra dalam kapasitasnya sebagai hasil imajinasi seorang pengisah atas suatu kejadian tertentu yang dialami oleh seorang tokoh tak dikenal, ataupun sebaliknya, tokohnya dikenal tetapi kejadiannya sama sekali belum terjadi. Atau, keduanya dikenal tapi dibungkus dalam sebuah kisah sastra, sehingga tidak semua fenomena yang terjadi diceritakan, artinya hanya diambil beberapa yang dianggap penting saja. Bahkan bisa jadi dalam kisah itu diceritakan sebuah kejadian nyata akan tetapi ditambah sendiri oleh pengisahnya dengan kejadian dan tokoh khayalan, sehingga terkesan sebuah kisah fiktif saja.

2.2. Model Kisah:

(1) Model sejarah, suatu kisah yang menceritakan tokoh-tokoh sejarah tertentu seperti para Nabi dan rasul dan beberapa kisah yang diyakini orang-orang terdahulu sebagai sebuah realitas sejarah.

(2) Model perumpamaan: kisah-kisah yang menurut orang terdahulu, kejadiannya dimaksudkan untuk menerangkan dan menjelaskan suatu hal atau nilai-nilai. Model ini tidak mengharuskan kisah yang diangkat dari sebuah realitas sejarah dan boleh berupa cerita fiktif dalam batasan orang-orang terdahulu.

(3) Model legenda dan mitos: kisah yang diambil dari mitos-mitos yang dikenal suatu komunitas tertentu.

2.3. Tujuan kisah: memberi pengaruh kejiwaan kepada orang yang mendengar atau membacanya. Selain itu, dalam kondisi tertentu dapat dijadikan instrumen propaganda untuk mempengaruhi alur pemikiran pembaca dan pendengarnya.

3. Kisah-kisah al-Qur`an

3.1. Kisah-kisah al-Qur`an bukan sejarah karena:

(1) Kisah-kisah al-Qur`an selalu mengesampingkan unsur-unsur penting sebuah peristiwa sejarah, yaitu waktu, tempat dan pelaku;

(2) Kisah-kisah al-Qur`an sering menonjolkan beberapa potong saja dari suatu peristiwa dan tidak menceritakannya dengan tuntas. Al-Qur`an sering menceritakan lebih dari satu kisah dengan tujuan yang sama dalam satu waktu.

(3) Kisah-kisah al-Qur`an sering tidak memperhatikan kronologi waktu dan tempat.

(4) Al-Qur`an sering menceritakan satu kisah dalam dua versi pendeskripsian. Di satu tempat, kisah-kisah tersebut disandarkan pada pelaku tertentu; pada tempat lain pelaku tersebut diganti dengan pelaku baru.

(5) Dalam kisah-kisah al-Qur`an yang diulang sering dijumpai karakter pelaku yang berbeda, padahal masih dalam satu kejadian yang sama.

(6) Al-Qur`an sering menceritakan kejadian yang tidak pernah terjadi.

(7) Ditemukan fakta bahwa materi kisah al-Qur`an bertentangan dengan temuan sejarah.

3.2. Kelemahan membaca kisah al-Qur`an sebagai sejarah: karena ingin membuktikan bahwa kisah-kisah al-Qur`an adalah berita-berita sejarah maka penafsiran model ini:

(1) Terjerumus pada berita-berita israiliyat dan perkiraan-perkiraan.

(2) Berpanjang-panjang menceritakan sejarah sehingga mengabaikan tujuan utama dari kisah-kisah al-Qur`an.

(3) Lahirnya klaim mutasyabihat untuk kisah-kisah yang diulang dan tak bisa dikompromikan.

(4) Menjadikan sejarah sebagai sebuah keyakinan.

3.3. Model Kisah al-Qur`an:

(1) Model sejarah: materi model ini adalah pelbagai peristiwa dan kejadian nyata yang diformat al-Quran sedemikian rupa dalam bingkai sastra untuk mendukung efektifitas dan pencapaian maksud dan tujuan kisah.

(2) Model perumpamaan: materi kisah model ini adalah pelbagai kejadian fiktif yang tidak ditemukan dalam sejarah dan realita kehidupan manusia yang sering disebut dengan angan-anagan dan khayalan dalam kebiasaan manusia, misalnya kisah tentang matinya seseorang selama seratus tahun lalu dibangunkan kembali dalam surat al-Baqarah ayat 259.

(3) Model legenda dan mitos: kisah yang diambil dari mitos-mitos yang dikenal suatu komunitas tertentu, misalnya ashhab al-kahf.

3.4. Sumber Kisah Al-Qur`an adalah nalar Arab, artinya kisah-kisah yang diceritakan al-Qur`an mayoritas telah dikenal sebelumnya oleh orang arab saat itu.

3.5. Tujuan kisah-kisah al-Qur`an:

(1) Meringankan beban jiwa atau tekanan jiwa Nabi Muhammad dan para pengikutnya.

(2) Menguatkan keimanan dan keyakinan jiwa terhadap akidah islam dan mengobarkan
semangat berkorban baik jiwa maupun raga di jalan allah (membentuk jiwa yang militan).

(3) Menumbuhkan kepercayaan diri dan ketenteraman atau menghilangkan ketakutan dan kegelisahan dan

(4) Membuktikan kerasulan Muhammad dan kebenaran wahyu yang dibawanya.

3.6. Membaca kisah al-Qur`an dengan tidak menggunakan pendekatan sejarah (tidak dibaca sebagai sejarah) memberikan keuntungan sebagai berikut:

(1) Terhindar dari cerita-cerita israiliyyat dan perkiraan-perkiraan yang menyesatkan.

(2) Memberikan pengertian yang benar tentang tujuan kisah-kisah al-Qur`an, yakni sebagai nasihat, contoh dan pelajaran.

(3) Terhindar dari pemahaman yang salah terhadap pengulangan kisah sehingga tidak ada klaim bahwa kisah-kisah al-Qur`an mutasyabih dan kontradiktif.

(4) Membebaskan pembaca untuk tidak mempercayai penafsiran tertentu tentang berita-berita sejarah karena memang sejarah bukan untuk diyakini.

4. Penutup

Peristiwa-peristiwa yang dijadikan bahan kisah dalam al-Quran di antaranya ada yang merupakan peristiwa yang benar-benar pernah terjadi dan ada pula yang sekedar imajinasi. Namun keduanya diceritakan dalam bingkai kisah sastra bukan dalam bentuk berita ataupun sejarah. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan bahwa yang terpenting dari kisah itu adalah pesan etis (tendensi), bukan kesesuaiannya dengan kenyataan.

Jatiwangi, 15 Maret 2003
Lukman Zain M.S.

Kamis, 14 Februari 2008

Kata-kata Mutiara

Pemikiran melahirkan tujuan;
tujuan menghasilkan tindakan;
tindakan membentuk kebiasaan;
kebiasaan membentuk watak;
watak memperbaiki nasib
-Tyron Edwards


Saya menemukan, pria dan perempuan yang berhasil mencapai puncak adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan yang ada di tangan dengan semua energi dan antusiasme yang mereka miliki dan bekerja keras.
- Harry S. Truman



Sukses tanpa kehormatan ibarat masakan tanpa bumbu. Memuaskan rasa lapar tapi rasanya tidak enak.
-Joe Paterno


Cinta melihat lewat teleskop. Iri melihat lewat mikroskop.
-Josh Billings


Jangan pernah bertengkar dengan orang bodoh. Orang-orang tak akan tahu perbedaannya.
– anonim


Ketika kita berhenti memberi kontribusi kita mulai mati.
- Eleanor Roosevelt

Anda harus memahami seluruh kehidupan. Bukan hanya sebagian kecil. Itu sebabnya Anda harus membaca. Itu sebabnya Anda harus memandangi langit. Itu sebabnya Anda harus menari dan menyanyi, dan menulis puisi, dan menderita, dan mengerti. Karena itu semua adalah hidup.
– J. Krisnamurti

Orang-orang pergi untuk mencari ketinggian gunung-gunung, besarnya ombak lautan, panjangnya sungai-sungai, luasnya samudra, gerakan berbentuk lingkaran dari bintang-bintang, tapi melewati diri mereka sendiri tanpa bertanya.
- Santo Agustinus

Jika Anda mengejar dua kelinci, keduanya akan lolos.
-Anonim


Mari kita bangun dan bersukur. Jika kita tidak belajar banyak hari ini, paling tidak kita belajar sedikit. Jika kita tidak belajar sedikit, paling tidak kita tidak menjadi sakit. Jika tidak menjadi sakit, paling tidak kita tidak mati. Jadi, mari kita semua bersukur.
- Budha

PEMBICARAAN LANGKA

Tiga hal yang jarang sekali dibicarakan Kong Fu Cu adalah: keuntungan, nasib dan cinta. Hal ini membangkitkan pertanyaan para siswanya.

“Guru, mengapa engkau jarang membicarakan keuntungan, nasib dan cinta”, tanya murid-murid sang filosof.

Kong Fu Cu tersenyum dan menjawab, “karena jika seseorang hanya memikirkan keuntungan, dia tak akan peduli kepada kebenaran, sedangkan nasib adalah misteri dan cinta adalah topik yang tidak mengenal batasan.”

RATAPAN KELINGKING

RATAPAN KELINGKING

Langit dan bumi dan semua lingkungan di sekitar kita, berada dalam satu ruang. Dari zaman kuno di masa silam sampai masa kini dan masa depan, semua berada dalam satu waktu. Alam semesta yang mencakup ruang dan waktu, teramat besar. Dengan seluruh kapasitas yang ada, kita tak akan mampu memahaminya.

Konsep alam semesta ini dapat diibaratkan seseorang dengan lima jari tangannya. Di antara kelima jari, kelingking yang paling kecil dan lemah. Suatu hari kelingking mengeluh.

“Aduh, aduh, hidupku penuh derita,” katanya.

“Mengapa kamu mengeluh, Kelingking?” tanya si Jempol.

“Saya begitu kecil dan tidak berguna. Saya paling kecil dibanding jari-jari yang lain,” jawab Kelingking.

“Jempol bijaksana. Telunjuk kompeten. Jari tengah tinggi dan kuat. Jari manis juga jauh lebih baik dibanding saya,” kata Kelingking menghitung kelebihan jari lain.

“Saat lengan ingin dibengkokkan atau diluruskan, saya harus bergerak mengikutinya. Bagian otak yang mengatur perilaku, memerintahkan saya untuk bergerak atau diam. Di mana pun saya berada, saya selalu diatur orang lain. Saya lemah dan sia-sia. Hidup lebih buruk dari mati. Hidup terlalu menyakitkan untuk saya jalani,” keluh Kelingking berkelanjutan.

“Kamu menderita karena kamu menganggap dirimu jari paling kecil. Padahal dalam realita tidak,” komentar si Jempol.

“Kalau saya bukan jari paling kecil, siapa saya ini?,” tanya Kelingking, tidak mengerti.

“Kamu harus menjadi dirimu yang sejati,” nasehat Si Jempol penuh kasih sayang.

“Sudah pasti. Saya adalah jari yang paling kecil. Diri sejati yang mana lagi?,” Kelingking tak mau mengerti.

“Kamu bukan hanya jari yang paling kecil. Kamu adalah salah satu bagian dari seseorang. Saya juga. Jari-jari lainnya juga. Mereka adalah perwujudan dari diri fisik seseorang,” Si Jempol menjelaskan.

“Orang bukan hanya memiliki diri fisik saja, tetapi juga pemikiran, tindakan dan bahasa. Pemikiran, tindakan, bahasa dan hasil kerja menyatu dengan orang tersebut, tapi semuanya mempunyai perwujudan yang berbeda. Orang yang mewujudkan diri dalam satu pemikiran atau satu kalimat, tidak beda dengan diri fisik. Semuanya adalah satu dari keseluruhan hakikat diri seseorang. Kamu dan saya adalah bagian dari seseorang dan menjadi satu dengannya,” Panjang lebar si Jempol menjelaskan.

“Tanpa kita semua si Lima Jari, kita tidak dapat membentuk satu telapak tangan. Tanpa lengan kita tak punya tempat untuk melekat. Tanpa otak yang memberi perintah, kita tak dapat bergerak. Jika kamu mengucilkan diri dari hakikat alam semesta yang satu, kamu akan membandingkan dan bersaing, untung dan rugi, dan karenanya menderita. Jika kita menjadi bagian dari hakikat universal, kita tak akan peduli bagian yang mana. Bagaimana pendapatmu?,” tanya si Jempol mengakhiri penjelasannya.

“Akhirnya saya mengerti,” jawab Kelingking. “Kamu menyatu dengan saya dan saya menyatu denganmu. Tak ada perbedaan di antara kita. Di dalam setiap lingkungan, saya akan menjadi satu dengan lingkungan itu dan tidak menjauhkan diri darinya. Saya adalah bagian dari seseorang. Saya adalah bagian dari hakikatnya,” lanjut kelingking dengan gembira.

Di alam semesta ini tak ada benda yang bisa berdiri sendiri. Tak ada waktu atau ruang yang tidak termasuk di dalam alam semesta. Manusia bagian dari alam semesta. Manusia satu dari hakikat alam semesta.

PERBUATAN LEBIH PENTING DARI KATA-KATA

Istri Xie An selalu mengajari putranya sendiri. Suaminya sibuk kerja dan baca buku. Suatu hari istri Xie An memprotes suaminya, “Kamu tak pernah mengajari anakmu!”. Suaminya menjawab, “Siapa bilang? Saya mengajarinya terus”.

Mengajar dengan perbuatan lebih baik dibanding dengan mengajar dengan kata-kata. Perilaku ayah adalah contoh yang baik bagi anak.

Para kiai menyerahkan pengajaran anaknya kepada kiai lain. Setiap hari ia menyibukkan diri dengan mengajar orang lain, melayani masyarakat dan melakukan tirakat. Sekian puluh tahun kemudian anaknya jadi kiai menggantikan dia.