Kamis, 14 Februari 2008

RATAPAN KELINGKING

RATAPAN KELINGKING

Langit dan bumi dan semua lingkungan di sekitar kita, berada dalam satu ruang. Dari zaman kuno di masa silam sampai masa kini dan masa depan, semua berada dalam satu waktu. Alam semesta yang mencakup ruang dan waktu, teramat besar. Dengan seluruh kapasitas yang ada, kita tak akan mampu memahaminya.

Konsep alam semesta ini dapat diibaratkan seseorang dengan lima jari tangannya. Di antara kelima jari, kelingking yang paling kecil dan lemah. Suatu hari kelingking mengeluh.

“Aduh, aduh, hidupku penuh derita,” katanya.

“Mengapa kamu mengeluh, Kelingking?” tanya si Jempol.

“Saya begitu kecil dan tidak berguna. Saya paling kecil dibanding jari-jari yang lain,” jawab Kelingking.

“Jempol bijaksana. Telunjuk kompeten. Jari tengah tinggi dan kuat. Jari manis juga jauh lebih baik dibanding saya,” kata Kelingking menghitung kelebihan jari lain.

“Saat lengan ingin dibengkokkan atau diluruskan, saya harus bergerak mengikutinya. Bagian otak yang mengatur perilaku, memerintahkan saya untuk bergerak atau diam. Di mana pun saya berada, saya selalu diatur orang lain. Saya lemah dan sia-sia. Hidup lebih buruk dari mati. Hidup terlalu menyakitkan untuk saya jalani,” keluh Kelingking berkelanjutan.

“Kamu menderita karena kamu menganggap dirimu jari paling kecil. Padahal dalam realita tidak,” komentar si Jempol.

“Kalau saya bukan jari paling kecil, siapa saya ini?,” tanya Kelingking, tidak mengerti.

“Kamu harus menjadi dirimu yang sejati,” nasehat Si Jempol penuh kasih sayang.

“Sudah pasti. Saya adalah jari yang paling kecil. Diri sejati yang mana lagi?,” Kelingking tak mau mengerti.

“Kamu bukan hanya jari yang paling kecil. Kamu adalah salah satu bagian dari seseorang. Saya juga. Jari-jari lainnya juga. Mereka adalah perwujudan dari diri fisik seseorang,” Si Jempol menjelaskan.

“Orang bukan hanya memiliki diri fisik saja, tetapi juga pemikiran, tindakan dan bahasa. Pemikiran, tindakan, bahasa dan hasil kerja menyatu dengan orang tersebut, tapi semuanya mempunyai perwujudan yang berbeda. Orang yang mewujudkan diri dalam satu pemikiran atau satu kalimat, tidak beda dengan diri fisik. Semuanya adalah satu dari keseluruhan hakikat diri seseorang. Kamu dan saya adalah bagian dari seseorang dan menjadi satu dengannya,” Panjang lebar si Jempol menjelaskan.

“Tanpa kita semua si Lima Jari, kita tidak dapat membentuk satu telapak tangan. Tanpa lengan kita tak punya tempat untuk melekat. Tanpa otak yang memberi perintah, kita tak dapat bergerak. Jika kamu mengucilkan diri dari hakikat alam semesta yang satu, kamu akan membandingkan dan bersaing, untung dan rugi, dan karenanya menderita. Jika kita menjadi bagian dari hakikat universal, kita tak akan peduli bagian yang mana. Bagaimana pendapatmu?,” tanya si Jempol mengakhiri penjelasannya.

“Akhirnya saya mengerti,” jawab Kelingking. “Kamu menyatu dengan saya dan saya menyatu denganmu. Tak ada perbedaan di antara kita. Di dalam setiap lingkungan, saya akan menjadi satu dengan lingkungan itu dan tidak menjauhkan diri darinya. Saya adalah bagian dari seseorang. Saya adalah bagian dari hakikatnya,” lanjut kelingking dengan gembira.

Di alam semesta ini tak ada benda yang bisa berdiri sendiri. Tak ada waktu atau ruang yang tidak termasuk di dalam alam semesta. Manusia bagian dari alam semesta. Manusia satu dari hakikat alam semesta.

Tidak ada komentar: